Selasa, 11 Agustus 2015

Psikologi Petualangan

Psikologi petualangan atau psychology of adventure dikenal dalam dunia psikologi, dimana psikologi petualangan ini dimanfaatkan untuk membantu para aktivis kegiatan alam bebas dalam melakukan kegiatannya. Misalnya dalam proses seleksi sebuah tim ekspedisi dimana para psikolog dapat membantu memformulasikan profil kepribadian tertentu yang diharapkan bagi pembentukan tim atau menformulasikan dimensi yang akan dikembangkan sebagai acuan untuk mengembangkan diri.

Petualangan
Petualangan adalah sesuatu pengalaman yang menarik, suatu perbuatan yang berani dan beresiko, perjalanan yang menantang, sesuatu yang tidak biasa, sesuatu yang berbahaya, sesuatu yang hebat, sesuatu yang mengejutkan dan diluar perkiraan, perubahan dalam kehidupan atau suatu hal baru yang tidak terjadi setiap hari (definisi Wikipedia)

Terdapat dua aspek orang melakukan petualangan, yaitu motif dan motivasi.
  1. Motif adalah penggerak dan pendorong manusia bertindak dan berbuat sesuatu.
  2. Heckhausen (1967) mengutarakan bila motivasi merupakan aktualisasi dari motif. Motivasi adalah proses aktualisasi sumber penggerak dan pendorong tingkah laku individu memenuhi kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi merupakan proses untuk mengatur aktifitas manusia, yaitu dorongan untuk bertindak dan untuk tidak bertindak. Motivasi dapat mencerminkan sifat seseorang khususnya dalam kesungguhannya melakukan suatu aktivitas.

Menurut jenis kebutuhan dasar manusia sebagaimana teori Maslow, motivasi dasar manusia  adalah sebagai berikut.
  • Physiological needs: are the most prepotent of all needs (hunger, sex, and thirst, etc...).
  • Safety need: security, stability, dependency, protection, freedom from fear, from anxiety, and chaos, need for structure, order, law, limitation, strength in the protector, and so on.
  • Belongingness and love needs: need to overcome the widespread feeling of alienation, strangeness, and loneliness, love and affection need.
  • Esteem needs: need or drive a stable firmly based, usually high evaluation of themselves for self-esteem, and for the esteem of other.
  • Need for self actualization: desire to self fulfillment, to the tendency for him to become  actualized in what he is potentially.
Ada banyak alasan mengapa seseorang aktif dalam kegiatan pecinta alam. Menurut Mc Clelland dan Atkinson dalam melakukan studi sosialnya mengajukan ada tiga motif sosial yang utama, yaitu sebagai berikut.
  1. Kebutuhan untuk berprestasi (need for achivement / n-Ach). Merupakan dorongan dalam mengarahkan individu untuk berjuang lebih keras untuk memperoleh pencapaian pribadi.
  2. Kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain (need for affiliation / n-Aff). Adalah kebutuhan untuk memperoleh hubungan sosial yang baik dalam lingkungan kerja. Kebutuhan ini ditandai dengan memiliki motif yang tinggi untuk persahabatan, lebih menyukai situasi kooperatif (dibandingkan kompetitif.
  3. Kebutuhan untuk berkuasa (need of power / n-Pow)Yaitu keinginan untuk memiliki pengaruh dan mengendalikan individu lain. Dalam bahasa sederhana, n-Pow  adalah kebutuhan atas kekuasaan dan otonomi. Individu dengan n-Pow tinggi, lebih suka bertanggung jawab dan berjuang untuk mempengaruhi individu lain.

Teori Kebutuhan Maslow


Karakteristik Pelaku
Secara gradual kita dapat menggolongkan karakteristik perilaku penggiat pecinta alam bebas dalam prespektif risk taking sebagai berikut.
1.      Mereka yang Berani Menghadapi Tantangan (Risk Taker)
Mereka mempunyai dorongan untuk memuaskan adrenalinnya. Dalam sisi kehidupannya, yang bersangkutan berani menghadapi tantangan kehidupannya dan mengambil resiko dari kesempatan yang datang kepadanya.
2.      Mereka yang Bermain Aman (Safety Player)
Mereka mencari tempat yang aman untuk melakukan kegiatan. Mereka mencari jalan yang lebih mudah dalam meniti jeram yang tidak beraturan dalam berarung jeram. Mereka lebih suka berada dalam zona aman yang terukur, terprediksi, sudah dikenal, aman dan nyaman.
3.      Mereka yang Menyerah (Quitters)
Ada banyak orang di sekitar kita dimana mereka memilih untuk berhenti dari perjalanan, mundur dan tidak berani menerima tanggung jawab. Tipikal seperti ini kita sebut quitters, yaitu orang yang menyerah, tidak tuntas dalam menyelesaikan tugas yang diberikan padanya.

Kegiatan kepecintaalamanan yang beresiko selalu diidentikkan dengan dimensi risk taking. Zuckerman menjelaskan bahwa ada empat sub dimensi dalam ciri Sensation Seeking:
  • “Pencarian Getaran Jiwa dan Petualangan” yang mana berhubungan dengan kemauan untuk mengambil resiko-resiko yang bersifat fisik dan keikutsertaan dalam olah raga yang beresiko tinggi.
  • “Pencarian Pengalaman” yang mana berhubungan dengan kebutuhan akan pengalaman-pengalaman baru dan menyenangkan dan sub dimensi ini dihubungkan dengan semua jenis pengambilan resiko.
  • “Disinhibition” yang mana berhubungan dengan keinginan untuk mengambil resiko-resiko sosial dan keikutsertaan dalam perilaku-perilaku yang beresiko terhadap kesehatan (misalnya pesta minum-minuman keras atau seks bebas). 
  • Kerentanan terhadap Rasa Bosan” yang mana berhubungan dengan sikap tanpa toleransi terhadap hal yang bersifat monoton.

Dinamika Psikologis
Para pelaku olahraga beresiko tinggi (seperti para pendaki gunung dan pengarung jeram) cenderung sangat percaya diri bahwa mereka dapat mengatur resiko-resiko yang terkandung didalamnya, dan mereka mempunyai teman-teman yang juga memilih untuk mengambil resiko-resiko yang fatal. Mereka bersedia mengambil resiko-resiko fisik untuk memicu timbulnya respon yaitu berjuang atau menghindar, meskipun dengan tindakan tersebut mereka mempercayakan diri mereka sendiri untuk berada dalam kendali resiko-resiko, namun mereka menganggap getaran hebat yang mereka rasakan ini sebagai suatu kegembiraan dan bukannya suatu ketakutan. 

Hal itu memenuhi kebutuhan mereka yang luar biasa tinggi akan Pencarian Sensasi (Experience Seeking and Thrill and Adventure Seeking) dan memberi mereka perasaan akan kepuasan yang berasal dari latihan pengendalian dalam keadaan berbahaya, yang lebih mereka terima sebagai tantangan daripada ancaman. Oleh karena itu, situasi-situasi yang mengandung resiko namun tidak mengandung suatu tingkat pengendalian pribadi yang besar (seperti berjudi), tidak akan menarik bagi pengambil resiko semacam ini.  

Moto dari pengambil olahraga beresiko bisa jadi  “siapa yang berani dialah yang menang”. Jika partisipan olahraga beresiko ini harus digambarkan dalam suatu kalimat, bisa dikatakan bahwa mereka adalah seorang pengambil resiko yang yakin dan secara fisik sangat berani yang didorong oleh kebutuhan akan Pencarian Sensasi dan penguasaan / keunggulan sebagai motivasi berprestasinya.


"Only those who dare to fail greatly can ever achieve greatly (Robert Kennedy)"
 

Sumber Referensi

Mardianto, Adi.2008.Psikologi Petualangan. http://adimardianto.blogspot.com. Diakses pada 13 Desember 2014 pukul 17.30 WIB.
PPT materi ruang berjudul Psikologi Petualangan dari Palapsi UGM tahun 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar