Selasa, 11 Agustus 2015

PERILAKU DENDAM DAN MUNAFIK

A.    PERILAKU DENDAM

1.      Pengertian Dendam

Dendam artinya balasan jahat atau keji dari seseorang kepada orang lain terhadap kejadian masalah yang telah berlalu, orangnya disebut pendendam. Firman Allah dalam QS Al Furqan/25 ayat 63 yang artinya: Dan hamba - hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang  jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.”

2.    Ciri-ciri pendendam:
  1. Hobi menyimpan rasa sakit hati dan berusaha membalasnya dikemudian hari.
  2. Tidak mau memaafkan kesalahan orang lain.
  3. Tidak suka melihat orang lain senang.
  4. Suka menjelek-jelekkan orang lain.
  5. Selalu membuka aib orang lain.

3.    Akibat negatif dari sifat pendendam:
  1. Menimbulkan atau melahirkan rasa iri hati kepada orang lain.
  2. Menimbulkan dan menanamkan rasa bnci dan marah kepada orang lain.
  3. Menyebabkan timbulnya perselisihan, perpecahan dan permusuhan di antara warga.
  4. Dapat melahirkan pribadi seseorang yang suka mengumpat, berbohong, dan membuka aib orang lain.
  5. Meniru-niru perbuatan dan perkataan orang lain dengan tujuan mengejek atau menghinanya.
  6. Dapat merusak dan memutuskan tali silaturahmi, persaudaraan, atau kekeluargaan yang telah terjalin dengan baik.
  7. Orang yang dendam termasuk oang yang zalim, aniaya, dan terkutuk di hadapan Allah SWT., dan rasul-Nya.

Nabi Muhammad SAW. Bersabda yang artinya: “orang yang paling dibenci Allah adalah orang yang menaruh dendam kesumat”. (H.R.Bukhari Muslim)

Allah menciptakan manusia di muka bumi bukan untuk bermusuh-musuhan dan saling dendam, melainkan agar saling kenal-mengenal, hormat–menghormati antara sesamanya.

4.    Menghindari Perilaku Pendendam dalam Kehidupan Sehari-Hari
  1. Orang yang menaruh rasa dendam hendaknya menahan diri dari sikap marah, melecehkan, dan mengejek terhadap orang lain yang ia dendami.
  2. Kita hendaknya bersikap ramah, ceria, dan sopan terhadap siapa saja.
  3. Kita hendaknya  berusaha  untuk  bekerjasama  dan memerangi hawa nafsu dari bujuk rayuan setan.
  4. Orang yang dendam hendaknya melaksanakan hal-hal berikut. (a) Berbuat baik serta suka bersilaturahmi kepada orang yang menaruh dendam dirinya. (b) Memenuhi hak-hak orang yang menaruh dendam kepadanya, menolong dan bersikap  ramah kepada orang yang menaruh dendam. (c) Jangan menzalimi orang yang menaruh dendam kepadanya.

     B.       PERILAKU MUNAFIK

1.    Pengertian Munafik

Munafik atau sering disebut juga nifak, berasal dari bahasa Arab yang berarti orang yang lahirnya berbeda dengan yang ada dalam hatinya. Ada sebuah pepatah orang yang manis dibibir tetapi lain dihatinya. Sedang menurut istilah munafik adalah orang yang antara ucapan dengan perbuatannya sangat jauh berbeda (tidak ada kesamaan antara hati dan perilaku). Dan menurut bahasa munafik adalah orang yang menyembunyikan. Ada juga yang mengartikan munafik artinya bermuka dua. Adapun menurut syara’, munafik ialah orang yang menymbunyikan kekafirannya, tetapi menyatakan keimanannya. Lidah mereka menyatakan beriman, sedangkan hatinya mengingkari. 

Allah swt.berfirman dalam Al Quran surat Al Baqarah/2 ayat 8 yang artinya: Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian." Padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.”

Dalam wahyu-Nya yang lain, yaitu surat Al Munafiqun/63 ayat 2 yang artinya: “Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan.”

2.      Ciri-ciri orang munafik yang dijelaskan dalam Al-Quran 
  • Bermuka Dua, adalah ciri seseorang yang membentuk penampilan lahiriah dan  melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hati nuraninya.
  • Berlidah Dua, adalah sifat yang memuji dan menjunjung orang lain ketika ia berhadapan dengannya, tetapi mencela dan mengumpatnya bila ia tidak ada.
  • Berdusta, adalah cirri seseorang yang mengatakan sesuatu, tetapi tidak sesuai dengan kebenaran dan kenyataan.
  • Sumpah Palsu, adalah ciri seseorang yang bersumpah atas pengakuan palsunya agar bisa menyelamatkan diri dari hukuman.
  • Apabila ia berjanji selalu mengingkari atau tidak pernah menepati janji yang  diucapkan kepada orang lain.
  • Apabila ia berkata selalu berdusta, berbohong, atau tidak ada kenyataan sama sekali.
  • Apabila dipercaya oleh orang lain ia selau mengkhianati atau tidak pernah melaksanakan amanah yang dipercayakan orang lain pada dirinya.

3.      Akibat Negatif dari Sifat Munafik

Allah swt. dan Rasul-Nya mengancam sekali orang-orang yang memiliki sifat munafik, karena sangat membahayakan diri sendiri maupun orang lain, dapat dikatakan seperti musuh dan selimut. Di masa Rasulullah saw. ada tokoh yang terkenal sebagai orang munafik, diantaranya adalah Abdullah bin Ubay. Dia termasuk seorang kepala suku yang memimpikan ingin jadi seorang raja di Madinah setelah Nabi tiada. Tetapi khayalan itu tidak terkabul, kemunafikannyaterlihat ketika kaum muslimin akan menghadapi perang Uhud. Abdullah beserta pengikutnya keluar dari barisan kaum muslimin secara demonstrasi untuk tidak mengikuti perang tersebut.

Oleh karena itu Allah swt. mengutuk dan mengancam orang-orang yang munafik melalui firmannya dalam surat An Nisa/4 ayat 138 yang artinya: Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih.” 

Di ayat lain Allah swt. juga berfirman dalam Surat An Nisa/4 ayat 145 yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.” 

Dalam wahyu Allah swt. yang lain adalah pada surat At Taubah/9 ayat 68 yang artinya: “Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah mela'nati mereka, dan bagi mereka azab yang kekal.” 

Adapun bahaya atau akibat negatif dari munafik
  1. Nifak atau munafik adalah sifat tercela yang dimiliki seseorang yang akan membahayakan diri orang munafik itu sendiri.
  2. Hatinya selalu was-was, gelisah, dan tidak tentram.
  3. Tidak lagi dipercaya oleh orang lain karena merasa telah dikecewakan akibat sifat kemunafikannya.
  4. Dikucilkan orang karena munafik selalu mengecewakan orang atau teman sehingga merasa enggan untuk bergaul dan tidak mempercayainya lagi.
  5. Allah swt.akan mengancam orang yang munafik dengan siksa neraka jahanam.

4.     Menghindari Perilaku Munafik dalam Kehidupan Sehari-Hari

Adapun cara  menghindari perilaku munafik dalam kehidupan sehari-hari antara lain sebagai berikut.
  1. Senantiasa ingat kepada Allah swt. dalam keadaan apapun.
  2.  Berusaha untuk selalu berkata jujur.
  3. Menepati setiap janji yang diucapkan.
  4. Menyampaikan amanah orang lain tanpa menunda waktu.
  5. Menyampaikan informasi yang kita ketahui tanpa mengada-ada.

Psikologi Petualangan

Psikologi petualangan atau psychology of adventure dikenal dalam dunia psikologi, dimana psikologi petualangan ini dimanfaatkan untuk membantu para aktivis kegiatan alam bebas dalam melakukan kegiatannya. Misalnya dalam proses seleksi sebuah tim ekspedisi dimana para psikolog dapat membantu memformulasikan profil kepribadian tertentu yang diharapkan bagi pembentukan tim atau menformulasikan dimensi yang akan dikembangkan sebagai acuan untuk mengembangkan diri.

Petualangan
Petualangan adalah sesuatu pengalaman yang menarik, suatu perbuatan yang berani dan beresiko, perjalanan yang menantang, sesuatu yang tidak biasa, sesuatu yang berbahaya, sesuatu yang hebat, sesuatu yang mengejutkan dan diluar perkiraan, perubahan dalam kehidupan atau suatu hal baru yang tidak terjadi setiap hari (definisi Wikipedia)

Terdapat dua aspek orang melakukan petualangan, yaitu motif dan motivasi.
  1. Motif adalah penggerak dan pendorong manusia bertindak dan berbuat sesuatu.
  2. Heckhausen (1967) mengutarakan bila motivasi merupakan aktualisasi dari motif. Motivasi adalah proses aktualisasi sumber penggerak dan pendorong tingkah laku individu memenuhi kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi merupakan proses untuk mengatur aktifitas manusia, yaitu dorongan untuk bertindak dan untuk tidak bertindak. Motivasi dapat mencerminkan sifat seseorang khususnya dalam kesungguhannya melakukan suatu aktivitas.

Menurut jenis kebutuhan dasar manusia sebagaimana teori Maslow, motivasi dasar manusia  adalah sebagai berikut.
  • Physiological needs: are the most prepotent of all needs (hunger, sex, and thirst, etc...).
  • Safety need: security, stability, dependency, protection, freedom from fear, from anxiety, and chaos, need for structure, order, law, limitation, strength in the protector, and so on.
  • Belongingness and love needs: need to overcome the widespread feeling of alienation, strangeness, and loneliness, love and affection need.
  • Esteem needs: need or drive a stable firmly based, usually high evaluation of themselves for self-esteem, and for the esteem of other.
  • Need for self actualization: desire to self fulfillment, to the tendency for him to become  actualized in what he is potentially.
Ada banyak alasan mengapa seseorang aktif dalam kegiatan pecinta alam. Menurut Mc Clelland dan Atkinson dalam melakukan studi sosialnya mengajukan ada tiga motif sosial yang utama, yaitu sebagai berikut.
  1. Kebutuhan untuk berprestasi (need for achivement / n-Ach). Merupakan dorongan dalam mengarahkan individu untuk berjuang lebih keras untuk memperoleh pencapaian pribadi.
  2. Kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain (need for affiliation / n-Aff). Adalah kebutuhan untuk memperoleh hubungan sosial yang baik dalam lingkungan kerja. Kebutuhan ini ditandai dengan memiliki motif yang tinggi untuk persahabatan, lebih menyukai situasi kooperatif (dibandingkan kompetitif.
  3. Kebutuhan untuk berkuasa (need of power / n-Pow)Yaitu keinginan untuk memiliki pengaruh dan mengendalikan individu lain. Dalam bahasa sederhana, n-Pow  adalah kebutuhan atas kekuasaan dan otonomi. Individu dengan n-Pow tinggi, lebih suka bertanggung jawab dan berjuang untuk mempengaruhi individu lain.

Teori Kebutuhan Maslow


Karakteristik Pelaku
Secara gradual kita dapat menggolongkan karakteristik perilaku penggiat pecinta alam bebas dalam prespektif risk taking sebagai berikut.
1.      Mereka yang Berani Menghadapi Tantangan (Risk Taker)
Mereka mempunyai dorongan untuk memuaskan adrenalinnya. Dalam sisi kehidupannya, yang bersangkutan berani menghadapi tantangan kehidupannya dan mengambil resiko dari kesempatan yang datang kepadanya.
2.      Mereka yang Bermain Aman (Safety Player)
Mereka mencari tempat yang aman untuk melakukan kegiatan. Mereka mencari jalan yang lebih mudah dalam meniti jeram yang tidak beraturan dalam berarung jeram. Mereka lebih suka berada dalam zona aman yang terukur, terprediksi, sudah dikenal, aman dan nyaman.
3.      Mereka yang Menyerah (Quitters)
Ada banyak orang di sekitar kita dimana mereka memilih untuk berhenti dari perjalanan, mundur dan tidak berani menerima tanggung jawab. Tipikal seperti ini kita sebut quitters, yaitu orang yang menyerah, tidak tuntas dalam menyelesaikan tugas yang diberikan padanya.

Kegiatan kepecintaalamanan yang beresiko selalu diidentikkan dengan dimensi risk taking. Zuckerman menjelaskan bahwa ada empat sub dimensi dalam ciri Sensation Seeking:
  • “Pencarian Getaran Jiwa dan Petualangan” yang mana berhubungan dengan kemauan untuk mengambil resiko-resiko yang bersifat fisik dan keikutsertaan dalam olah raga yang beresiko tinggi.
  • “Pencarian Pengalaman” yang mana berhubungan dengan kebutuhan akan pengalaman-pengalaman baru dan menyenangkan dan sub dimensi ini dihubungkan dengan semua jenis pengambilan resiko.
  • “Disinhibition” yang mana berhubungan dengan keinginan untuk mengambil resiko-resiko sosial dan keikutsertaan dalam perilaku-perilaku yang beresiko terhadap kesehatan (misalnya pesta minum-minuman keras atau seks bebas). 
  • Kerentanan terhadap Rasa Bosan” yang mana berhubungan dengan sikap tanpa toleransi terhadap hal yang bersifat monoton.

Dinamika Psikologis
Para pelaku olahraga beresiko tinggi (seperti para pendaki gunung dan pengarung jeram) cenderung sangat percaya diri bahwa mereka dapat mengatur resiko-resiko yang terkandung didalamnya, dan mereka mempunyai teman-teman yang juga memilih untuk mengambil resiko-resiko yang fatal. Mereka bersedia mengambil resiko-resiko fisik untuk memicu timbulnya respon yaitu berjuang atau menghindar, meskipun dengan tindakan tersebut mereka mempercayakan diri mereka sendiri untuk berada dalam kendali resiko-resiko, namun mereka menganggap getaran hebat yang mereka rasakan ini sebagai suatu kegembiraan dan bukannya suatu ketakutan. 

Hal itu memenuhi kebutuhan mereka yang luar biasa tinggi akan Pencarian Sensasi (Experience Seeking and Thrill and Adventure Seeking) dan memberi mereka perasaan akan kepuasan yang berasal dari latihan pengendalian dalam keadaan berbahaya, yang lebih mereka terima sebagai tantangan daripada ancaman. Oleh karena itu, situasi-situasi yang mengandung resiko namun tidak mengandung suatu tingkat pengendalian pribadi yang besar (seperti berjudi), tidak akan menarik bagi pengambil resiko semacam ini.  

Moto dari pengambil olahraga beresiko bisa jadi  “siapa yang berani dialah yang menang”. Jika partisipan olahraga beresiko ini harus digambarkan dalam suatu kalimat, bisa dikatakan bahwa mereka adalah seorang pengambil resiko yang yakin dan secara fisik sangat berani yang didorong oleh kebutuhan akan Pencarian Sensasi dan penguasaan / keunggulan sebagai motivasi berprestasinya.


"Only those who dare to fail greatly can ever achieve greatly (Robert Kennedy)"
 

Sumber Referensi

Mardianto, Adi.2008.Psikologi Petualangan. http://adimardianto.blogspot.com. Diakses pada 13 Desember 2014 pukul 17.30 WIB.
PPT materi ruang berjudul Psikologi Petualangan dari Palapsi UGM tahun 2014